[REPOST] Stop Gunakan kata "AUTISM” dalam Candaan Anda!

Thread ini bisa dipastikan repost. Saya sudah pernah membaca, berkomen di beberapa thread dgn topik dan bahkan konten yg sama tahun lalu. Tapi sayang karena kurang tanggapan dan komentar trit2 tersebut pada akhirnya tenggelam ke folder archive.
Padahal pesan yang ingin disampaikan sungguh mulia.
Untuk itu saya memohon bantuan teman2 semua membuka mata & hati, untuk membaca baik2 sebuah kisah di bawah ini, menyerapi pesan yg terkandung di dalamnya, dan menyebarkannya ke teman2 yg lain.
Karena saya percaya “Selalu ada jalan untuk mengingatkan dalam kebaikan.”

KENAPA SIH GAK BOLEH BECANDA PAKE KATA “AUTIS LO!”?

 

Siang itu aku sibuk membaca buku resep makanan khusus untuk anak autistik. Ya, Anakku memang tidak bisa makan sembarang makanan. Salah-salah… anakku bisa berputar-putar seperti gasing jika ada zat dalam makananya yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anakku.
Ditangan sebelah kiri, ada buku Food diary anakku… yang aku tulis sejak pertama kali dia kuperkenalkan pada makanan padat… berisi apa saja yang dia cocok untuk tubuhnya,… reaksi alergynya dan mana saja makanan yang tidak cocok dan menyebabkan dia overwhelmed.
Kebayang gak?… mungkin enggak, jadi ijinkan saya bercerita…
Diusia 4 bulan misalnya, kuberikan jeruk bayi pada anakku,… Eh, gak lama kemudian dia muntah dan seluruh tubuhnya seperti dipenuhi ulat bulu, dan membuat saya bergidik ngilu.
Pernah juga aku beri dia tomat. Tapi kemudian, berhari-hari dia diare dan uring-uringan.
Kuberi dia susu instant,… tapi anakku malah jingkrak2, Mengepak-ngepakkan tangannya, persis seperti orang gila!!! Dia berputar-putar tanpa merasa lelah,… dan kemudian mengamuk ketika tidak mengerti bagaimana cara mengendalikan tubuhnya yang tidak mau diam.
Ah, sudahlah, life must go on bukan?. Besides, I’m happy to have her in my life
Kulirik sekali lagi food diarynya… hmm, hari ini aku harus mencoba memberinya 5ml putih telur tanpa kuningnya, karena 7 hari yg lalu, dia sudah sedikit kebal ketika kukenalkan pada telur ayam ini.
Baru saja hendak memasak, tiba2 kudengar jeritannya… Kucari anakku, tapi tidak kutemukan. Aku keruang setrika… dan disana kutemukan anakku sedang nangkring di atas lemari, dengan setrika panas yang menempel di punggung tangannya, yang baru saja dicabut oleh BS-nya karena kupanggil untuk membantuku memasak.
Kini, strika panas itu masih nempel diatas punggung tangan kirinya.!!!
Oh… My… God!!! *panik*
Dari punggung tangannya mengepul asap. Bau daging panggang begitu segar menempel dihidungku.
Kuangkat setrikanya… dan, aduh Tuhan,… aku tidak kuat melihatnya. Sebagian dagingnya menempel dibalik gosokan panas itu…
AAAAAARRRRGGGHHHH… Sumpah kalau saja ini bukan anakku,… Aku pasti sudah mati berdiri karena ketakutan… Melihat daging dari punggung tangannya, yang menempel pada setrika itu… itu sudah berubah menjadi putih kekuningan…
Dan luka di tangannya… juga sudah berubah menjadi putih seperti daging ayam matang
Aku menjerit sekencang-kencangnya… Kupanggil Baby sitternya yang tadi aku suruh untuk membantuku didapur… lalu dengan kesetanan, ku kebut mobilku ke UGD Rumah Sakit terdekat, untuk dirawat secara intensif.
Begitu anakku segera tertangani… tiba2 aku kehilangan seluruh tenagaku.
AKU PINGSAN!!!

Hari itu, lagi-lagi aku sedang mempersiapkan makanannya. Memang, Khusus untuk makanannya, aku memutuskan untuk memasak sendiri, karena hanya aku yang tahu berapa gram atau mililiter… porsi makanan yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh anakku.
Sedang membersihkan kompor yang kecipratan makanan… tiba-tiba, lagi-lagi kudengar bunyi benda jatuh.
GEDUBRAK!!!… Buru-buru kucari sumber suara itu, memastikan bahwa itu bukan anakku…
Damn!!. Lagi-lagi anakku. Oh Tuhan… dia baru saja terjatuh dan sepertinya kepalanya terantuk pada pinggir tembok, sehingga belakang kepalanya sobek dan berdarah. Dia masih berusaha berdiri, meskipun sempoyongan…. Dan sambil berjalan, dia menggaruk luka di kepalanya yang bocor… sehingga darahnya semakin banyak yang mengalir.
Sementara darahnya terus aja mengucur deras, dia terus saja berjalan sambil mengoceh. Entah apa yang diracaukannya… Tangannya berlumuran darah… Punggung bajunya pun juga sudah berubah menjadi merah oleh darah.
Tapi dia tidak menangis… Dia hanya berjalan sambil menggaruk luka menganga yang ada dibelakang kepalanya.
Aku menjeritttt sekuat2nya. Kepalanya kututupi dengan lap kompor yang tadi aku pegang.
Tapi itupun gak lama… karena dalam sekejap, lap kompor itu sudah berubah menjadi merah kehitaman. Aku berteriak panik,…
“mbak, minta handuk… handuk… darahnya tambah banyak. Cepat mbak… CEPATTTT!!!”
*panik semua panik kayak orang lagi kena kebakaran*
Dan lagi2 kukebut mobilku ke rumah sakit, langsung menuju UGD. Disana, dokter yang sudah terbiasa menangani anakku sudah siap menunggu dan segera menjahit kepala anakku.
Dia tidak menangis sama sekali… hanya minta sesuatu yang bulat untuk dia pegang. Dan setelah dijahit dengan 8 (delapan) jahitan… Hatikupun sedikit lega. Seluruh persendianku serasa dicopot dari tubuhku, dan tanpa sadar…Lagi-lagi aku hilang keseimbangan…
AKU PINGSAN

Terlalu banyak cerita haru dan berurai airmata yang kami harus jalani. Berkali-kali jantung kami harus terpacu 100x lipat manakala mereka melakukan hal-hal yang tanpa mereka sadari mencelakai diri mereka sendiri.
Tapi ini bukan keluhan kok,… karena saya selalu sadar…. Tuhan itu ARSITEK YANG AGUNG. Karyanya tidak pernah gagal. Tidak satupun makluk yang diciptakannya, yang merupakan produk gagal.
Jadi ketika dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, dia tidak pernah lupa untuk menitipkan KELEBIHAN pada anak ini. So, buat semua orang tua, berhentilah mengeluhkan kekurangan anak kita… mari bantu mereka untuk menemukan kelebihan mareka.

 

Anakku memang Autistik, tapi aku bangga setiap kali menceritakan bahwa anakku autis. Aku bangga setiap kali menceritakan bagaimana proses menangis berdarah-darah itu, sudah Tuhan rubah menjadi Senyum sukacita dan bangga yang luar biasa.
Selalu ada haru yang menyesakkan dadaku, manakala mendengarkan tangan2 mungilnya menari2 dengan lincah diatas tuts2 piano,… memainkan lagu Klasik karya Van Beethoven, seperti Symphony no.9 atau Turkish March, atau ketika mendengar dia berbicara yang hanya fasih berbahasa Inggris,… seolah yang kudegar ini adalah anak bule asli,… yang nyasar dalam tubuh putriku.
Namun, dibalik itu… Walaupun bangga… selalu tersisa rasa risih dan tidak nyaman, kalau tidak ingin dibilang tersinggung… manakala mendengar orang-orang bercanda dengan menggunakan kata “Autis”.
Minggu yang lalu, sahabatku menyelenggarakan pesta ultah disebuah resto terkenal, salah satu teman kami, sibuk dengan BB-nya, sehingga teman yang lain menegur begini…
“Tuh,… liat tuh sill… autis banget khan dia…? Kayak ANAK LOE khan yah?
“Loe marahin deh sil… marahin sil…”
“Coba loe terapi dulu nih dia,… biar sembuh kayak anak loe”
Dan semua lalu tertawa terbahak-bahak…
Saya???… hmmm… Cuma bisa senyum kecut, karena tidak ingin merusak suasana Pesta Ulang Tahun sahabat saya… *doh*
Well, saya tahu mereka hanya bercanda, namun biar bagaimanapun,… Saya sudah merasakan dan tahu betul sulitnya membesarkan anak autistik. Jadi saya mengerti ketika ada teman yang resist begitu mendengar kata ini.
Semoga artikel ini semakin mencerahkan teman-teman mengapa orang sepertinya terlalu over campaign dengan gerakan “Stop Using Autism on our daily jokes” ini. Semoga berkenan.
-silly-

Semoga kisah Ibu Silly di atas bisa lebih menjaga tutur kata kita baik dalam lisan maupun tulisan.
Membuka hati dan pikiran bahwa bercanda menggunakan istilah autis sangatlah tdk peka.
Mohon bantuan teman2 semua utk berkomentar dan rating agar thread ini tdk tenggelam.
Silahkan join dan suggest ke teman2 FB kalian :
Stop Using The Word "AUTISM" On our daily Jokes on Facebook

autis

Tulisan ini saya ambil dari Thread Kaskus

written by: Silly on http://sillystupidlife.com
also posted http://ngerumpi.com
and http://silly.blogdetik..com

1 komentar:

  1. Kebetulan saya tak punya keturunan atau kerabat yang terdeteksi autis, tapi secara pribadi saya juga jengah melihat lingkungan sekitar saya memakai kata "autis" utk menyamakan dengan kegiatan para hp maniac. Belum lama juga saya "menegur" seorang teman di FB yang memakai kata "autis" sbg canda di statusnya. Berikut saya cuplikan tulisan lengkapnya:
    1. Anto Themostwanted Freelancecopywriter
    ‎"Kenapa sie artis-artis pada jadi autis?"
    "Karena R-nya diganti U. Coba kalo diganti L, pasti jadi mobil--bisa ditunggangi ke mana-mana!" :D

    2. Saya:Bung Anto Themostwanted Freelancecopywriter: maaf ya, sebagai copywriter andal tdk seharusnya memakai kata " autis" utk bahan candaan. Saya bisa merasakan bgm para ortu yg kebetulan punya putra/putri terdeteksi autis sedih krn msh banyak org sekedar guyon memakai kata "autis". Atau memang bung Anto tdk bisa membedakan antara "artis" dan "autis"? Rasanya tdk mungkin. Maaf ya kawan!
    3. Anto Themostwanted Freelancecopywriter : Protes spt yg Anda kemukakan pernah ada dlm seminar di Bandung 2 April lalu, ktk seorang Profesor Ilmu Komunikasi Unpad mengucapkan istilah "autis" utk mereka yg asik sendiri dg gadgetnya. Si Profesor bilang, "Maaf, saya hanya mengikuti tren yg sdh merebak. Saya tdk bermaksud mengejek. Tolong saya dikasih istilah penggantinya. Terima kasih." Sama lah pikiran saya dg sang profesor :-)
    4. Donnie Beat
    Anto : org2 yg sok care dg penggunaan istilah 'autis' itu tidak berperasaan agak merebak dan terkesan ikut2an ..walo dlm hati saya setuju utk mengurangi penggunaannya .. Yg pasti artis/kaum celeb yg peduli mulai rajin nulis blog menyerukan ...utk menghindari menyebut autis secara luass .. Andai saya punya kluarga penderita autis..trs terang..saya sebodo amat..klo autis dipakai utk istilah gaul ( sibuk sendiri dg gadget) toh saya tau maksud dan beda nya :)) chill out ..relaxxx
    5.Anto Themostwanted Freelancecopywriter
    ‎Donnie Beat: Setuju dengan Anda! Konteksnya hrs dipertimbangkan dlm hal ini. Alangkah naifnya (atau goblok?!) kalau serta merta menginterpretasikan status saya sbg penghinaan. Yg saya hina malah yg (merasa) dirinya ARTIS (ini aja istilah y...g salah kaprah: tdk semua selebriti itu artis/pekerja artistik/kreatif). Banyak skrg istilah2 dipergunakan tdk pada tempatnya, krn memang utk tujuan yg berbeda, dan masyarakat sendiri yg membuatnya terkenal dlm hal pengertiannya yg berbeda. COPYWRITER ANDAL harus rajin mengamati itu. Saya juga punya famili yg autis, emak-babenya santai aja tuh istilah autis dipakai utk tujuan yg berbeda. Mestinya (saya, penulis) suka keliling2 dan negur satu per satu orang yg menggunakan istilah tdk pd tempatnya.

    BalasHapus